Hindari Pertengkaran Di Hadapan Anak
Sudah terbit di: https://steemit.com/pendidikananak/@lerengbukit/hindari-pertengkaran-di-hadapan-anak
Memang, ada saatnya kita bertengkar ataupun beradu verbal dengan pasangan. Hal ini memang lumrah dan biasa terjadi dalam membangun kehidupan berumah tangga. Bila mengalami demikian, sebaiknya tak di hadapan sang buah hati. Alangkah baiknya bertengkar di ruang tertutup yang tak terjangkau olehnya dan ketika anak tertidur lelap. Terlebih, jikalau pertengkaran sangat begitu bergejolak dan begitu panas. Dan sangat berisiko bernada keras. Lalu, mengapa kita sebaiknya demikian? Pertengkaran di hadapan anak cenderung mendatangkan hal-hal yang kurang baik dalam perkembangannya. Berikut dampak-dampak kurang baik terhadapnya.
Menjadikan Anak Stres. Pertengkaran memang mengakibatkan kita dan pasangan stres. Nah, selain kita,meskipun tak terlibat, anak pun bekerjsama turut merasakannya juga. Menurut suatu penelitian, menyaksikan eksklusif pertengkaran kedua orang bau tanah mengakibatkan anak stres. Tak tertutup kemungkinan juga, stres sulit hilang dari jiwanya. Bila anak tak sanggup menghilangkan rasa stresnya, tentunya menghambat perkembangannya. Misalnya, tak ingin mencar ilmu dan tak ingin bersekolah ataupun tak ingin bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Stres pun sanggup memicu sikap bernafsu contohnya berkelahi dengan sebayanya, bersikap temperamen. Dan juga, berisiko memicu munculnya banyak sekali penyakit.
Gambar 1. Orang Tua Bertengkar
Menurunkan Kemampuan Bersosialisasi dan Berelasi. Orang bau tanah menjadi role model atau panutan baginya. Termasuk juga dalam hal bersosialisasi dan membangun hubungan. Bila menyaksikan pertengkaran tersebut, akan memperlihatkan pola yang sangat kurang baik. Dalam jangka panjang, secara psikologis menjadikannya kesulitan membangun korelasi dengan orang lain. Ia tak memahami bagaimana sebaiknya berelasi dengan orang lain. Tak tertutup kemungkinan juga, akan cenderung bersikap egois sehingga dijauhi orang lain. Tak tertutup kemungkinan juga, sulit mendapat pasangan hidup ketika berusia cukup umur kelak.
Menjadikan Sang Anak Memihak Salah Satu Orang Tua, Ayah atau Ibu. Pertengkaran sejatinya memang tak melibatkan anak. Namun, mengakibatkan sang anak cenderung memihak salah satu orang tua. Sebabnya, dalam benaknya, ia akan tetapkan siapa yang bekerjsama benar dan siapa yang bekerjsama salah, ayahnya ataukah ibunya. Ambil contoh, sang anak memihak ibu. Hubungannya dengan ayahnya tentunya akan semakin renggang dan jauh. Ia menganggap ayahnya sebagai pihak yang salah. Begitu pun sebaliknya. Padahal, dalam masa perkembangan, tugas kedua orang bau tanah sangat penting dan vital baginya.
Demikian, dampak-dampak negatif bagi anak jikalau menyaksikan eksklusif kedua orang tuanya bertengkar. Sekali lagi, hindari hal ini di hadapannya. Ada baiknya juga lekas menyelesaikannya bersama pasangan. Terlebih, jikalau sering beradu argumen sampai berjam-jam. Sebagai orang tua, kita tentunya tak ingin dampak-dampak kurang baik tersebut terjadi kepadanya. Tak menyuguhkan sajian pertengkaran di hadapannya bekerjsama sama dengan menyayanginya. “Anda sebaiknya berhati-hati jikalau bertengkar di hadapan anak”, tutur E.Mark Cummings, seorang psikologi dari Universitas Notre Dame.
Oleh: Rahadian
(Kirim pesan ke penulis)
Referensi:
1. https://cdn.pixabay.com/photo/2017/07/07/03/38/silhouette-2480321_960_720.png Sumber https://www.pendidikan-anak.com/
Memang, ada saatnya kita bertengkar ataupun beradu verbal dengan pasangan. Hal ini memang lumrah dan biasa terjadi dalam membangun kehidupan berumah tangga. Bila mengalami demikian, sebaiknya tak di hadapan sang buah hati. Alangkah baiknya bertengkar di ruang tertutup yang tak terjangkau olehnya dan ketika anak tertidur lelap. Terlebih, jikalau pertengkaran sangat begitu bergejolak dan begitu panas. Dan sangat berisiko bernada keras. Lalu, mengapa kita sebaiknya demikian? Pertengkaran di hadapan anak cenderung mendatangkan hal-hal yang kurang baik dalam perkembangannya. Berikut dampak-dampak kurang baik terhadapnya.
Menjadikan Anak Stres. Pertengkaran memang mengakibatkan kita dan pasangan stres. Nah, selain kita,meskipun tak terlibat, anak pun bekerjsama turut merasakannya juga. Menurut suatu penelitian, menyaksikan eksklusif pertengkaran kedua orang bau tanah mengakibatkan anak stres. Tak tertutup kemungkinan juga, stres sulit hilang dari jiwanya. Bila anak tak sanggup menghilangkan rasa stresnya, tentunya menghambat perkembangannya. Misalnya, tak ingin mencar ilmu dan tak ingin bersekolah ataupun tak ingin bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Stres pun sanggup memicu sikap bernafsu contohnya berkelahi dengan sebayanya, bersikap temperamen. Dan juga, berisiko memicu munculnya banyak sekali penyakit.
Gambar 1. Orang Tua Bertengkar
Menurunkan Kemampuan Bersosialisasi dan Berelasi. Orang bau tanah menjadi role model atau panutan baginya. Termasuk juga dalam hal bersosialisasi dan membangun hubungan. Bila menyaksikan pertengkaran tersebut, akan memperlihatkan pola yang sangat kurang baik. Dalam jangka panjang, secara psikologis menjadikannya kesulitan membangun korelasi dengan orang lain. Ia tak memahami bagaimana sebaiknya berelasi dengan orang lain. Tak tertutup kemungkinan juga, akan cenderung bersikap egois sehingga dijauhi orang lain. Tak tertutup kemungkinan juga, sulit mendapat pasangan hidup ketika berusia cukup umur kelak.
Menjadikan Sang Anak Memihak Salah Satu Orang Tua, Ayah atau Ibu. Pertengkaran sejatinya memang tak melibatkan anak. Namun, mengakibatkan sang anak cenderung memihak salah satu orang tua. Sebabnya, dalam benaknya, ia akan tetapkan siapa yang bekerjsama benar dan siapa yang bekerjsama salah, ayahnya ataukah ibunya. Ambil contoh, sang anak memihak ibu. Hubungannya dengan ayahnya tentunya akan semakin renggang dan jauh. Ia menganggap ayahnya sebagai pihak yang salah. Begitu pun sebaliknya. Padahal, dalam masa perkembangan, tugas kedua orang bau tanah sangat penting dan vital baginya.
Demikian, dampak-dampak negatif bagi anak jikalau menyaksikan eksklusif kedua orang tuanya bertengkar. Sekali lagi, hindari hal ini di hadapannya. Ada baiknya juga lekas menyelesaikannya bersama pasangan. Terlebih, jikalau sering beradu argumen sampai berjam-jam. Sebagai orang tua, kita tentunya tak ingin dampak-dampak kurang baik tersebut terjadi kepadanya. Tak menyuguhkan sajian pertengkaran di hadapannya bekerjsama sama dengan menyayanginya. “Anda sebaiknya berhati-hati jikalau bertengkar di hadapan anak”, tutur E.Mark Cummings, seorang psikologi dari Universitas Notre Dame.
Oleh: Rahadian
(Kirim pesan ke penulis)
Referensi:
- http://www.developmentalscience.com/blog/2014/04/30/what-happens-to-children-when-parents-fight
- https://parenting.firstcry.com/articles/impacts-of-parents-fighting-on-children/
1. https://cdn.pixabay.com/photo/2017/07/07/03/38/silhouette-2480321_960_720.png Sumber https://www.pendidikan-anak.com/