Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Gizi Untuk Perkembangan Anak Dan Bayi

Pentingnya Gizi Untuk Perkembangan Anak Dan Bayi Pentingnya Gizi Untuk Perkembangan Anak Dan Bayi

Pentingnya Pemberian Gizi Untuk Perkembangan Anak Dan Bayi Penelitian pertanda ada keterkaitan antara tubuh pendek dan tingkat kecerdasan. Bila semenjak awal sudah tidak ada keseimbangan berat dan tinggi badan, maka akan besar lengan berkuasa pada pembentukan otak. Karena itu, kebutuhan gizi bayi semenjak janin hingga usia lima tahun harus terpenuhi secara baik.

Kepala Seksi Standardisasi, Subdit Gizi Mikro, Direktorat Gizi pada Ditjen Kesehatan Masyarakat Depkes dr Atmarita menegaskan hal tersebut di Jakarta, kemarin, di selasela Kongres Nasional XII dan temu ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) yang berlangsung hingga Rabu (10/7).

Menurut Atmarita, anak yang perkembangannya sangat lambat disebabkan oleh pembentukan otak maupun tubuhnya tidak baik tanggapan gizinya buruk. "Berarti hal paling penting yakni pemenuhan gizi bayi semenjak dalam kandungan hingga berusia lima tahun, dan bila tidak terpenuhi, pertumbuhan otak dan tubuhnya tidak bagus. Anak dengan tubuh pendek, dia mengemukakan, berarti status gizi pada masa lalunya sudah kronis," terang Atmarita.

Namun begitu, lanjutnya, hingga usia 18 tahun pun asupan gizi masih penting untuk pertumbuhan fisik anak. Makara jikalau tubuh seseorang kurus, Atmarita menilai, hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi pada ketika itu.

Bersama rekannya, dr Robert L Tiden, pakar gizi tersebut menganalisis duduk kasus gizi di perkotaan yang dikaitkan dengan tinggi tubuh anak gres masuk sekolah.

Atmarita mengatakan, 62% lebih anak di perkotaan mempunyai tinggi tubuh normal dari segi umur, sedangkan anak di pedesaan hanya 49%. Maka disimpulkan bahwa anak di perkotaan mempunyai keadaan gizi lebih baik dibanding anak di pedesaan. Meski demikian, obesitas (gemuk sekali) pada anak di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding anak di pedesaan. Cuma, duduk kasus itu mulai meningkat bukan saja di perkotaan, melainkan juga di pedesaan.

Atas dasar tersebut, Atmarita menegaskan, agenda perbaikan gizi kini harus diubah dengan memerhatikan faktor yang terkait dengan contoh hidup penduduk di perkotaan maupun pedesaan.

Sebelumnya, Menkes Achmad Sujudi dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Staf Ahli Menkes Bidang Desentralisasi dan Kelembagaan Dini Latief merasa prihatin lantaran proporsi anak pendek di Indonesia masih cukup tinggi.

"Saya yakin, para andal gizi mengetahui situasi ini lantaran di tiap wilayah telah difasilitasi dengan pemantauan status gizi," ulasnya.

Ia menambahkan sudah banyak penelitian yang menyimpulkan pentingnya gizi untuk meningkatkan kemampuan mencar ilmu dan mengikuti pendidikan hingga tingkat tertinggi.

Menkes mengutip pula sejumlah studi di Filipina, Jamaika, dan negara lainnya yang membuktikan, adanya hubungan yang sangat bermakna antara tinggi tubuh dan kemampuan mencar ilmu pada anak.

Bahkan, ujarnya, dihasilkan bahwa tunjangan masakan suplemen pada anak bertubuh pendek berusia 924 bulan akan bisa meningkatkan kemampuan mencar ilmu anak ketika berusia 78 tahun.

Dibuktikan pula dari beberapa studi bidang ekonomi di Ghana maupun Pakistan mengenai pentingnya gizi untuk mendukung pembangunan. "Malah dengan menurunkan prevalensi anak pendek sebesar 10%, akan sanggup meningkatkan 2%10% proporsi anak yang mendaftar ke sekolah." (Rse/V4)

Sumber:http://www.kompas.com/kompascetak/0208/04/Iptek/kili22.htm


Sumber https://www.centro.web.id/