Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menghindari Anak Mengalami Trauma

Sudah terbit di: https://steemit.com/pendidikananak/@lerengbukit/menghindari-anak-mengalami-trauma

Masa kanak-kanak menjadi bagi masa yang menyenangkan bagi seorang anak. Masa kanak-kanak pun menjadi masa bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang. Namun, ada juga anak yang mengalami trauma. Secara mendasar, syok yakni kejadian kelam yang pernah dialami oleh seorang anak. Biasanya, syok sulit hilang dari dalam benak sang anak. Bila anak mengalami trauma, terlebih syok berat, secara psikologis berdampak kurang baik bagi perkembangan anak. Dan juga, akan mensugesti kehidupannya ketika berusia dewasa. Kita, sebagai orang tua, tentunya tak ingin sang anak mengalami trauma. Terlebih, syok berat.

kanak menjadi bagi masa yang menyenangkan bagi seorang anak Menghindari Anak Mengalami Trauma
Gambar 1. Anak Trauma

Nah, bagaimana supaya anak tak mengalami trauma? Berikut beberapa kategori sikap yang sanggup menimbulkan anak mengalami trauma, dilansir dari situs International Society for Traumatic Stress Disorder (istss.org). Sebagai orang tua, kita mesti menghindari sikap tersebut.

  • Kekerasan fisik. Misalnya, dipukul, ditampar, dipecut, ataupun ditendang secara berlebihan.
  • Kekerasan seksual. Secara mendasar, kekerasan ini yakni memaksa anak untuk bekerjasama intim dengan orang dewasa. Biasanya, kekerasan ini dialami anak perempuan
  • Kekerasan psikis. Misalnya, seorang ibu yang sangat mengancam anak, seorang ayah yang mempermalukan anak di hadapan orang lain, mengejek sang anak secara berlebihan, mempermainkan anak secara menyakitkan, ataupun menyebut kata-kata garang secara berlebihan contohnya menyebut kata ndeso kepada sang anak.
  • Perilaku yang berisiko menimbulkan anak mengalami kematian. Misalnya, seorang ayah yang tak memberi nafkah ataupun seorang ibu yang tak memberi makan kepada anaknya, ataupun seorang ayah yang membiarkan anaknya kesakitan sampai sangat berisiko menimbulkan kematian.

Lalu, apa saja pengaruh syok terhadap perkembangan sang anak? Berikut dampak-dampak tersebut, dilansir dari situs practicenotes.org. Tak tertutup kemungkinan dampak-dampak berikut terbawa sampai anak berusia dewasa. Terlebih, kalau sang anak mengalami syok berat.

  • Kesulitan bersosialisasi menyerupai berkomunikasi dengan orang lain, kesulitan berempati atau memahami perasaan orang lain, cenderung mementingkan diri sendiri (egois), dan sering menyendiri serta mengurung diri sendiri.
  • Menurunnya kesehatan raga dan batin menyerupai gampang terjangkit penyakit, kesulitan bergerak sebab mengalami kekerasan fisik, tak lincah bergerak, gampang takut, dan sebagainya.
  • Kesulitan mengendalikan emosi dan perilaku. Misalnya, anak gampang tubruk dengan sesamanya ataupun anak begitu gampang temperamental. Dapat juga seorang anak bersikap temperamental terhadap orang tuanya.
  • Menurunnya kemampuan belajar. Misalnya, sulit berkonsentrasi, sulit mencerna pelajaran sekolah, sulit dalam hal berbahasa, sulit mengingat, sulit mencerna hal-hal baru, dan sebagainya.
  • Tak percaya diri dan sama sekali tak mempunyai keinginan. Bila anak tak mempunyai sikap percaya diri dan keinginan, sang anak akan sama sekali tak akan mempunyai motivasi. Selain itu, sang anak cenderung bersikap pesimis terhadap aneka macam hal.

Kesimpulannya, sekali lagi, kita sebagai orang renta mesti menghindari berbuat sikap yang berisiko menimbulkan anak mengalami trauma. Tentu saja, sebab syok akan sangat menghambat perkembangannya. Semoga goresan pena ini menambah pengetahuan para orang tua, termasuk orang renta pemula, dalam mendidik sang anak.

Oleh: Rahadian
(Kirim pesan ke penulis)

Referensi:
  1. http://www.istss.org/public-resources/remembering-childhood-trauma/what-is-childhood-trauma.aspx
  2. http://www.practicenotes.org/v17n2/brain.htm
Sumber Gambar:
https://cdn.pixabay.com/photo/2016/09/01/17/46/boy-1636731_960_720.jpg
Sumber https://www.pendidikan-anak.com/