Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Huawei P20 Pro, Smartphone Yang Menghambat Hobi Saya!



Kabar baik bagi pecinta smartphone tanah air, terutama bagi saya pribadi, Huawei Indonesia tetapkan untuk membawa flagship P-series mereka tahun ini ke Indonesia.

Dan tak tanggung-tanggung, pribadi varian tertingginya yaitu P20 Pro. Anda yang punya budget cukup dan bosan dengan smartphone itu-itu saja yang sudah digunakan rekan-rekan di pergaulan Anda, saya sarankan untuk menyimak video ini hingga habis deh. Biar tahu apakah smartphone ini dengan segala karakteristiknya bisa memenuhi kriteria Anda atau tidak.



Huawei yaitu produsen smartphone dengan penjualan terbesar ketiga di dunia sehabis Samsung dan Apple.

Sedikit disayangkan memang ada rantai yang terputus dalam pergerakan Huawei di Indonesia. Pasca terakhir menjual P9 yang merupakan smartphone pertama yang dikerjakan Huawei bersama Leica, Huawei terpaksa membatalkan perilisan Huawei P10 sebab sudah terlalu bersahabat dengan cycle perilisan device selanjutnya, ya P20 series ini.

Entah kenapa, merk yang satu ini nampaknya belum menempel di hati khalayak ramai di tanah air. Padahal, sekali saja mencoba produk berkualitasnya, bisa jadi Anda akan tahu nilai lebih apa yang dimilikinya, dan ketagihan mencobanya lagi dan lagi.

Ya, saya sedang menceritakan pengalaman saya sendiri. Saat mencoba Huawei P9 Lite sekitar 2 tahun lalu, saya tak berharap banyak sebetulnya. Namun hasilnya, selanjutnya saya selalu menantikan kehadiran ponsel-ponsel terbaru baik dari Huawei, maupun dari internet merk mereka, Honor.

Selepas mencoba P9 Lite, petualangan saya berlanjut dengan Honor 8, Honor 6x, Honor 9, Huawei Nova 2, Huawei P10, Honor View 10, Honor 9 Lite, Honor 7x, hingga yang terakhir, Huawei Nova 2 Lite. Kebanyakan dari daftar produk ini harus saya dapatkan dari e-commerce luar negeri, demi mencoba produk-produk yang tak Huawei Indonesia bawa ke mari.

Hingga acapkali saya dilabeli Huawei Fans oleh viewers di channel Youtube saya ini. Padahal berulang kali juga saya jelaskan, jikalau saya menyukai kualitas produknya sehabis mencobanya, bukan fanatisme semata, haha.

Dan fakta bahwa Huawei P20 Pro resmi dijual di Indonesia, pastinya jadi kabar baik bukan? Dan saya yakin tak hanya buat saya, tengok deh barisan komentar bernada kasatmata dari beberapa kali saya posting hasil foto dan video dari kamera Huawei P20 Pro ini di Instagram saya.

Maka saya pikir tak salah jikalau DxoMark menghadiahkan skor tertinggi yang pernah mereka berikan hingga dikala ini, untuk Huawei P20 Pro.

Yap, kamera nampak jadi kelebihan utama dari smartphone ini yang membuatnya tegak bangun menatap persaingan di kasta smartphone teratas.

Tak hanya dari segi kualitas, kuantitas-nya pun memang dikedepankan oleh Huawei. Ini yaitu smartphone pertama yang pernah saya uji, yang mempunyai 3 buah kamera di sisi belakang.

Jika diurutkan dari paling bawah, lensa pertama yaitu lensa yang ditemani oleh sensor monokrom dengan resolusi 20 MP. Lanjut ke kamera kedua yang merupakan lensa yang berpasangan dengan sensor RGB beresolusi 40 MP, ya saya tak salah sebut, 40 MP! Dan lensa paling atas yaitu lensa telephoto alias zoom, yang mempunyai kemampuan zoom optik sebesar 3x dengan sensor beresolusi 8 MP.

Mungkin sebagian dari Anda sudah pusing duluan dengan klarifikasi teknis barusan ya, haha. Intinya sih begini, kamera Huawei P20 Pro yang bersertifikasi Leica ini, mempunyai kemampuan zoom optik 3x, dengan zoom hybrid 5x. Sementara sensor monokrom sanggup digunakan menghasilkan foto Black and White yang artistik, dan juga membantu memperlihatkan data kedalaman dikala digunakan pada mode bokeh yang pada smartphone Huawei lumrah dinamakan wide-aperture. Yap, pemilihan fokus dan pengaturan kadar bokeh-nya pun ibarat biasa sanggup dilakukan sehabis foto diambil.

Kombinasi sensor RGB dan monokrom ini juga menciptakan kita sanggup mempunyai 3 huruf warna yang dihasilkan, mulai dari normal, vivid, hingga smooth. Perbedaan akhirnya sanggup Anda lihat pada gambar ini ya.

Yang pasti, mode vivid menciptakan warnanya keluar semua. Saya yakin tak semua orang menyukai huruf warna begini, ada yang lebih suka huruf yang lebih natural, jadi pandai-pandai menentukan mode ya. Kalau soal performanya dalam kondisi lowlights sih harap tak usah diragukan lagi.

Siapa di sini yang pernah menonton video review Huawei P10 di mana saya merekam dari atas delman yang berjalan, dan OIS-nya juara banget meredam goncangan? Nah, pada P20 Pro nampaknya melanjutkan tradisi itu. Stabilisasi menawan, perpindahan fokus halus, dan auto-metering yang baik membuatnya jadi kombinasi yang sangat menyenangkan bagi saya sebagai seorang content creator.

Performa kamera depannya pun sama menjanjikan. Anda yang bahagia berselfie ria, tak perlu khawatir deh. Resolusinya 24 Megapixels, dengan bukaan lensa f/2.0. Bagaimana? Sudah merasa lebih hening sekarang?

Ada baiknya kita saksikan pribadi hasil kamera Huawei P20 Pro ini yak, biar ada buktinya semua evaluasi saya tadi. Mangga atuh sok disimak baik-baik lah. Hehe.



Sudah puas dengan kameranya? Sudah bisa tetapkan untuk meminang ponsel ini? Saya sarankan Anda lanjut dulu pada pembahasan selanjutnya deh.

Ya, ketika harus membahas desainnya, kita akan melihat perubahan drastis dari P9 dan P10, di mana backcover metal sudah digantikan oleh materi beling yang mengkilap nan elegan. Yang saya pakai ini varian warna hitam, di mana bekerjsama warna yang banyak dinantikan yaitu warna twilight yang katanya ibarat bunglon sebab bisa berubah warna. Saya pun berharap bisa mencoba varian warna twilight ini suatu saat, walau yang hitam ini pun sudah begitu mempesona bagi saya.

Pemilihan material ini memang punya downside berupa bekas sidik jari yang cukup gampang tertinggal di backcover ini. Untungnya gampang dibersihkan, dan saya sendiri sih prefer pakai case untuk memastikan kemolekannya terjaga, termasuk untuk camera bump-nya itu.

Jika Anda menggengam Huawei P20 Pro di tangan, akan terasa bobot yang mantap, memperlihatkan kesan solid dan premium. Tidak terlalu berat, walau memang tak bisa dikatakan ringan.

Beralih ke sisi depan, ada dua hal mencolok yang tak ditemukan di ponsel Huawei sebelumnya.

Pertama tentu saja hadirnya notch di sisi atas layar Huawei P20 Pro. Tenang saja, notchnya tergolong sangat kecil, di mana Huawei bisa dengan pandai menempatkan earpiece berbentuk bulat, LED notification, proximity sensor, dan kamera depan dalam space seminim itu. Dan jikalau Anda tetap tak sanggup menerimanya, notch ini bisa disamarkan dengan menciptakan potongan di sudut kiri dan kanan menjadi hitam sehingga tak nampak lagi. Patut diakui bezel potongan atas layar Huawei P20 Pro ini sedikit lebih tebal dibanding bezel di samping.

Kedua yaitu panel layar yang digunakan. Ya, P20 Pro sudah memakai panel AMOLED yang selain mempunyai reproduksi warna yang sangat hidup, juga memungkinkan kita menampilkan fitur always display information, tanpa menguras baterai.

Bergeser ke potongan dagu ponsel, kita akan melihat fingerprint sensor berada pada posisi favorit saya. Yap, jarang-jarang memang ponsel dengan rasio layar 18,7 : 9 ibarat ini masih mempunyai pemindai sidik jari di sisi depan. Akurasi dan responsifitasnya sendiri jempolan lah, cepat dan presisi. Tak hanya itu, P20 Pro pun sudah punya kemampuan face unlock yang berkat large aperture pada kamera depannya, bisa berjalan baik di segala kondisi. Serius, segala kondisi, sebab saya pernah menggunakannya di dalam kamar yang gelap, dan cahaya dari layarnya sudah cukup untuk membantu biar pemindaian wajah sukses dilakukan.

Satu hal yang cukup disayangkan, Huawei tetapkan meniadakan port audio 3,5 mm pada ponsel ini. Anda yang mempunyai earphone atau headphone berkabel dipersilakan memakai adapter yang diberikan pada paket penjualan.

Loudspeaker-nya sendiri mempunyai output yang sangat jernih dan bertenaga. Mau disetel dengan volume paling kencang sekalipun, suaranya tetap lezat didengar. Detailnya tak hilang meskipun powernya terasa sekali.

Oh ya jadi teringat, beberapa waktu kemudian ada yang menanyakan kepada saya, smartphone flagship kekinian apa yang masih mempunyai infrared blaster biar sanggup digunakan sebagai pengganti remote control. Lalu ada juga yang bertanya, flagship apa yang baterainya besar.

Kini saya punya jawabannya. Yap, dua hal tersebut dimiliki oleh Huawei P20 Pro. Smartphone ini punya infrared blaster, dan baterainya sebesar 4.000 mAh. Baterai sebesar ini nyaris selalu bisa dibawa menembus satu hari satu malam. Dalam konsisi terhemat bahkan mencapai 34 jam dalam sekali pengisian daya saja, dengan screen-on time rata-rata saya sekitar 3-4 jam ya. Perhatikan teladan penggunaan saya yang jarang menyentuh smartphone di jam kerja. Tambahkan fakta bahwa smartphone ini juga mendukung fast charging.

Performa bukanlah sesuatu yang patut dipertanyakan pada smartphone flagship ibarat ini. Skor Antutu Benchmark processor Kirin 970 ada di atas 200-ribuan. Dan dengan konsumsi daya yang tergolong hemat menciptakan saya betah bersamanya.

Dan kalau Anda cermat, di Top 3 smartphone merk di dunia, ketiganya merupakan produsen smartphone yang sudah bisa mendesign processor mereka sendiri. Apple dengan A-series Bionicnya, Samsung dengan Exynos-nya, dan Huawei dengan HiSilicon Kirin-nya. Mungkin benar memang bahwa performa yang optimal akan dihasilkan jikalau hardware dan software dikembangkan sejalan di satu tempat.

Dan jadilah saya harus memperkenalkan Huawei P20 Pro ini sebagai daily driver saya yang baru. Ironis memang jikalau menyidik nama channel ini yaitu . Umumnya paling usang satu smartphone jadi daily driver saya sih 2 bulanan kalau sekarang, heuheu. Coba kita lihat dengan Huawei P20 Pro ini ya, kira-kira akan bertahan berapa lama.

Saya sadar, ulasan ini terlalu condong ke nada kasatmata yang saya berikan. Namun sejatinya, kekurangan ponsel ini memang sangat sedikit, mungkin itupun hanya pada absensi port audio 3,5 mm yang bekerjsama sudah ada solusinya berupa kabel adapter yang sudah ada dalam paket penjualan. Satu lagi mungkin harganya ya, saya yakin masih banyak pengguna smartphone di Indonesia yang ragu membayar sebanyak delapan digit angka untuk ponsel dari Brand ini, padahal ibarat tadi saya bilang di awal, jikalau sudah dicoba bisa jadi Anda yang tak bisa melepaskan diri darinya.

Pepatah usang juga kan bilang, Tak Kenal Maka Tak Sayang. Kaprikornus cobalah dikenali dulu, berbekal rekomendasi dari saya, saya pikir Anda takkan menyesal di kemudian hari koq. Posisi ketiga di dunia, dan skor DxoMark tertinggi bukankah suatu jaminan lainnya?

Hehe, selamat gundah deh kalai begitu. Sementara saya menikmati momen menciptakan konten-konten selanjutnya ditemani oleh Huawei P20 Pro ini.

Dari Kota Cimahi, Aa Gogon pamit undur diri, wassalam!


Sumber https://www.gontagantihape.com/