Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Negatif Mengucapkan Perkataan Bergairah Terhadap Perkembangan Anak

Sudah terbit di: https://steemit.com/pendidikananak/@puncakbukit/dampak-negatif-mengucapkan-perkataan-kasar-terhadap-perkembangan-anak

Terkadang, kita mendengar orang renta mengucapkan perkataan bernafsu kepada anak. Misalnya, kalau sang anak mendapatkan nilai rendah dalam suatu ujian, orang renta akan berkata ‘bodoh’ kepada anaknya. Nah, kalau kita tinjau secara mendalam, mengucapkan perkataan bernafsu gotong royong sangat berdampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak. Terlebih, kalau sang anak sering mendapatkan perkataan bernafsu dari orang tuanya secara sangat emosional. Lalu, apa saja dampak negatif mengucapkan perkataan tersebut terhadap perkembangan psikologis anak?


Gambar 1. Hindari Mengucapkan Perkataan Kasar Terhadap Anak

Dampak Jangka Pendek.
Dalam jangka pendek, kalau anak sering mendapatkan perkataan kasar, sang anak merasa begitu ‘rendah diri’. Sang akan pun akan berpikir bahwa perkataan bernafsu yang diucapkan orang tuanya memang benar adanya. Ambil contoh, sang anak mendapatkan nilai rendah dalam ujian matematika. Lalu, alasannya ialah mendapatkan nilai rendah, orang renta mengucapkan perkataan ‘bodoh’ kepada sang anak. Nah, sang anak akan berpikir bahwa ia memang benar-benar bodoh. Padahal, belum tentu ia benar-benar kurang berakal dalam bidang lainnya.

Tak tertutup kemungkinan, sifat ‘rendah diri’ akan sulit hilang dari dalam diri sang anak. Terlebih, kalau sang anak sering mendapatkan perkataan kasar. Selain menciptakan sang anak merasa rendah diri, sang anak akan cenderung menyendiri dan tak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Dampak Jangka Panjang.
Dalam jangka panjang, apa dampak negatif mengucapkan perkataan bernafsu kepada sang anak? Berikut beberapa dampak tersebut.

  • Pertama, mengalami gangguan kesehatan. Saat sang anak mendapatkan perkataan kasar, secara psikologis sang anak akan merasa stres dan begitu tertekan. Secara mendasar, pikiran dan jiwa yang begitu stres dan tertekan gotong royong berisiko menjadikan terjangkit penyakit. Dan juga, menghambat proses pertumbuhan fisik.

  • Kedua, kualitas hidup yang rendah. Dalam jangka panjang, perkataan bernafsu yang diterima sang anak ketika masa perkembangan gotong royong berisiko menurunkan kualitas hidup sang anak ketika usia dewasa. Misalnya, sama sekali tak mempunyai cita-cita. Ataupun, tak mempunyai arah dan tujuan hidup yang jelas. Tentu saja, alasannya ialah psikologis anak begitu tertekan.

  • Ketiga, menjadi pecandu. Ucapan bernafsu yang diterima sang anak berisiko meninggalkan efek traumatis di dalam jiwa sang anak. Nah, kalau efek traumatis ini terbawa sampai usia dewasa, tak tetutup kemungkinan sang anak akan menjadi pecandu. Misalnya, menjadi menjadi pecandu minuman keras. Tentu saja, untuk mengusir efek tersebut dari dalam jiwa mereka.

  • Keempat, tak tertutup kemungkinan anak akan menjadi pelaku kriminal ketika berusia dewasa. Menurut suatu penelitian, terdapat ketertarikan antara dengan sikap yang diterima sang anak dengan sikap sang anak ketika berusia dewasa. Nah, kalau anak menerima perlakukan yang tak baik ketika masa perkembangan, tak tertutup kemungkinan sang anak akan menjadi pelaku kriminal ketika usia dewasa

Demikian, beberapa dampak mengucapkan perkataan bernafsu terhadap perkembangan anak. Kesimpulannya, mengucapkan perkataan tersebut gotong royong sangat menghambat perkembangan psikologis anak. Kita, sebagai orang tua, tentunya ingin anak kita ini mengalami perkembangan psikologis yang lebih baik.

Oleh: Rahadian
(Kirim pesan ke penulis)

Referensi:
http://www.momjunction.com/articles/serious-short-long-term-negative-effects-of-verbal-abuse-on-children_0082357/

Sumber Gambar:
https://media.defense.gov/2011/Apr/04/2000269027/-1/-1/0/110401-F-DR541-001.JPG
Sumber https://www.pendidikan-anak.com/