Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengatasi Anak Yang Mulai Berbohong

Sudah terbit di: https://steemit.com/pendidikananak/@puncakbukit/mengatasi-anak-yang-mulai-berbohong

Sebagai orang tua, sangat penting menanamkan kejujuran kepada sang anak semenjak usia dini. Namun, tak sanggup dipungkiri, terkadang anak berbohong. Bila sang terbiasa mulai berbohong hal-hal kecil, tak tertutup kemungkinan, sang anak akan terbiasa berbohong hal-hal besar dikala berusia dewasa. Sesuatu yang besar memang bermula dari sesuatu yang kecil. Sebagai hal penting, anak mulai berbohong semenjak usia 3 tahun. Lalu, bagaimana memahami dan mengatasi anak yang berbohong? Berikut beberapa tips memahami dan mengatasi anak yang berbohong.


Gambar 1. Bagaimana Agar Anak Tak Berbohong?

‘Memuji’ Kebohongan Anak.
Saat kita merasa anak mulai membohongi kita, kita balas dengan memuji kebohongan anak. Ambil contoh, kita yakin bahwa sang anak memecahkan piring. Sang anak kemudian menutupinya dengan dengan mengarang kisah bahwa piring pecah alasannya yaitu tersenggol kucing. Padahal, kita paham tak ada seekor kucing pun di depan rumah kita. Setelah anak mengarang kisah tersebut, kita balas dengan memuji kebohongannya. Misalnya, menyampaikan bahwa kisah tersebut begitu menarik sehingga layak menjadi kisah novel. Merespon kebohongan anak dengan cara tersebut, secara psikologis menciptakan sang anak merasa bersalah. Karenanya, menciptakan sang anak akan berkata jujur. Bila kita bahagia bercanda, balas kebohongan anak dengan candaan.

Hindari Mengatakan ‘Kamu Berbohong’ Kepada Anak.
Ambil contoh, sang anak menyenggol gelas susu yang berada di meja sampai tumpah. Lalu, sang anak menutupi kebohongannya dengan berpura-pura tak tahu. Kita tak perlu pribadi menyampaikan ‘kamu berbohong’ kepada anak. Kita bersihkan genangan susu sampai bersih. Mintalah sumbangan anak untuk membersihkannya. Nah, dengan menerapkan cara ini, secara psikologis sang anak akan terdorong untuk berkata jujur.

Dorong Sang Anak Untuk Berkata Jujur.
Salah satu penyebab anak berbohong yaitu tak ingin mendapat eksekusi ataupun cemoohan dari orang tua. Terkadang, anak merasa demikian sampai mesti berbohong. Nah, semoga anak berkata jujur tanpa merasa akan mendapat eksekusi ataupun cemoohan, kita katakan ‘Papa bahagia kau berkata jujur dan tak akan menghukummu’. Dengan mengatakannya, sang anak akan terdorong untuk berkata jujur ada adanya.

Berbohong Karena Ingin Merasa Hebat dan Lebih Diperhatikan.
Ambil contoh, sang anak tak bisa menuntaskan seluruh soal pekerjaan rumah. Lalu, ia meminta sumbangan kakaknya untuk menyelesaikannya. Karena anak ingin merasa jago dan lebih diperhatikan, ia menunjukkan bahwa Ia bisa menuntaskan pekerjaan rumah tersebut. Padahal, kakaknya yang bekerjsama menyelesaikannya. Nah, untuk menghindari hal tersebut, kita hargai kemampuan sang anak. Misalnya, menyampaikan ‘Papa sudah cukup bahagia kau bisa menuntaskan soal pekerjaan rumah, meskipun tak semuanya’.

Ceritakan Dongeng Bertema Kejujuran yang Menarik.
Ada banyak dongeng ataupun kisah yang menceritakan manfaat kejujuran. Baik kisah lokal maupun kisah yang berasal dari luar negeri. Misalnya, kisah Pinokio. Dengan menceritakan dongeng tersebut semenjak anak berusia dini, secara psikologis akan menanamkan kejujuran di dalam jiwa sang anak. Sang anak pun akan berusaha semoga tak berbohong.

Tegaskan Berulang-Ulang Bahwa Berbohong Merupakan Hal yang Tak Baik.
Dalam masa perkembangan anak, anak memang kurang memahami hal yang kolam dan hal yang tak baik. Termasuk memahami apakah berbohong termasuk hal yang baik ataukah hal yang kurang baik. Nah, tegaskan kepada anak berulang-ulang kali bahwa berbohong merupakan hal yang tak baik. Tegaskan juga bahwa jika anak berbohong akan mendapat hukuman.

Demikian, beberapa tips memahami dan mengatasi anak yang berbohong. Kesimpulannya, hal tersebut sangat penting dalam pendidikan anak.

Oleh: Rahadian
(Kirim pesan ke penulis)

Referensi:
http://raisingchildren.net.au/articles/lies.html

Sumber Gambar:
1. http://maxpixel.freegreatpicture.com/Dad-Father-Son-Child-Kid-Parent-Boy-2197186
Sumber https://www.pendidikan-anak.com/