Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Nokia 5 Indonesia, Saya Masih Menyerupai Yang Dulu



Pada video unboxing-nya yang lalu, saya melihat ada dua kubu netizen yang menuliskan komentar. Kubu pertama yaitu mereka yang punya kenangan dengan produk Nokia pada masa jayanya dulu, dan senang dengan kehadiran Nokia 5 ini. Sementara kubu kedua yaitu yang sanga kritis melihat spek di atas kertas berbanding harga, dan menilai masih banyak hape lain yang lebih mending. Kita bisa tahulah semenjak kapan kubu kedua gres mulai bersahabat dengan smartphone, betul semenjak jaman banyak flash sale di Lazada, hahaha.



Lalu masuk ke kubu manakah saya sehabis menguji Nokia 5 ini? Kalau mau tahu, tonton dong videonya hingga habis, hehehe.

Nokia 5 ini hadir dengan beban sejarah panjang Nokia yang teramat sukses pada medio tahun 2000an. Yup, sebelum dunia ini terpecah menjadi dua kubu, penyuka buah atau penyuka robot.


Nokia 5, Desain dan Build Quality

Untuk dilema desain dan build quality, saya menilai Nokia 5 berhasil mempertahankan apa yang pernah mereka miliki. Looks yang simple tetapi elegan, hadir tanpa sudut membuatnya ergonomis dan nyaman digenggam. Bahannya terasa kokoh, garis desainnya pun tegas.

Sisi belakangnya mengingatkan saya pada backcover Nokia Asha 210 milik mertua saya. Sementara sisi depannya terlihat manis dengan layar 2.5D yang sangat ramah di jari. Dengan dimensi layar 5,2 inci, memang sih jidat dan dagu ponsel ini sedikit terlalu besar,.karena dikala saya bandingkan dengan ponsel lain yang mempunyai layar 5,5 inci, ukurannya hampir sama.

Fingerprint scanner hadir pada posisi kesukaan saya, dengan ukuran yang agak sempit, namun tidak menganggu tingkat akurasinya yang baik. Yang agak saya permasalahkan lebih ke waktu responnya yang tergolong kurang gegas dikala dipakai membuka kunci layar.

Tombol kapasitif hadir dengan backlight, sementara LED notifikasi harus bolos pada Nokia  5 ini.

Di sisi bawah kita sanggup menemukan speaker grille yang desainnya manis. Output loadspeaker ini berdasarkan saya bagus, dalam arti terkontrol dengan baik untuk menghasilkan detail bunyi yang pas, tidak anyep, namun memang powernya biasa saja. Silakan didengarkan lagu yang saya putar berikut ini.

Dikombinasikan dengan layar HD 5,2 incinya, Nokia 5 sanggup dipakai menikmati konten multimedia dengan baik. Layar ini mempunyai tingkat visibilitas yang baik juga di bawah terik matahari, ternyata inilah yang disebut dengan polarised display itu.


Nokia 5, Performa

Keluhan mulai terasa sehabis sekitar dua hari saya gunakan dan banyak aplikasi saya install. Multitasking terasa jadi menyiksa ketika untuk berpindah aplikasi saja kadang butuh waktu lebih dari satu detik. Seingat saya, ponsel Android lain yang sama-sama memakai processor Snapdragon 430 banyak koq yang tetap lancar dikala membuka banyak aplikasi. Lalu kenapa di Nokia 5 ini terasa agak payah ya?

Apalagi Nokia 5 ini memakai stock Android OS, yang harusnya tak banyak menambah beban kerja RAM-nya yang berkapasitas 3 GB. Sisi positif dari penggunaan pure Android menyerupai ini yaitu semua notifikasi selalu hadir dengan real-time, tanpa harus mengatur aplikasi mana yang mau dikunci dan mana yang harus autostart.

Performa yang agak berat ini juga berlanjut dikala dipakai bermain game yang belakangan ini senang saya coba kembali. Apakah ini akhir sebelum mencoba Nokia 5 ini, saya gres saja merampungkan proses uji pakai sebuah smartphone berprocessor Snapdragon 820 mungkin ya? Bisa jadi!

Satu hal yang saya nilai positif yaitu daya tahan baterai Nokia 5 yang selalu bisa menembus 24 jam, walau dipakai secara intens. Seringkali saya pergi ke kantor dengan baterai tak penuh dan hingga menjelang tidur, masih ada sisanya. Untuk pengisian dayanya sendiri cukup cepat, asalkan memakai kepala charger berarus besar. Ponsel ini bisa mendapatkan arus hingga sekitar 1,8A pada tegangan 5 volt.


Nokia 5, Kamera

Saya akan tutup review dari Nokia 5 ini dengan bahasan kamera. Untuk ukuran smartphone dengan harga 2,8 jutaan, kameranya saya nilai standar saja. Kualitas gambar yang sama, sanggup dihasilkan oleh ponsel lain yang harganya di bawah 2 juta malah. Walau detail sanggup ditangkap dengan baik dari kondisi jelas hingga redup, namun saya merasa risikonya tidaklah istimewa-istimewa amat.

Untuk pengambilan gambar pada kondisi temaram, Anda akan butuh kesabaran ekstra alasannya yaitu prosesnya jadi jauh lebih lambat. Mungkin ini dibutuhkan semoga gambar tetap baik risikonya ya.

Untuk perekaman video, risikonya juga ya seawajarnya saja hape dua jutaan lah. Stabilisasi tidak terasa, sementara framerate sangat cukup untuk menciptakan video yang dihasilkan tidak blur di sana-sini.

Hasil foto dan video sanggup Anda saksikan sembari saya memperlihatkan kesimpulan pada Nokia 5 ini.



Apa Kata Aa ihwal Nokia 5

Menurut saya, HMD Global berhasil menghidupkan kembali Nokia melalui jajaran smartphone yang mereka rilis tahun ini di Indonesia.

Nokia yang desainnya minimalis namun elegan, Nokia yang build quality-nya baik, dan Nokia yang selalu lebih mahal dari pesaingnya. Hahaha.

Dengan harga jualnya dikala ini, Nokia 5 berdasarkan saya bolehlah dicoba untuk memuaskan kenangan Anda terhadap merk yang satu ini. OS-nya stock, notifikasinya realtime, dan baterainya awet, serta dibalut dalam desain menawan dengan body yang kokoh.

Tapi Anda tak bisa berharap banyak soal performanya untuk multitasking, gaming, dan kamera. Makara harap bijak ya menyesuaikan kebutuhan Anda dengan budget dan value apa yang ditawarkan oleh sebuah produk smartphone.

Saya pun cukup menggunakannya selama seminggu untuk merampungkan kepenasaran saya akan kenangan usang dengan Nokia.

Nokia sedikit banyak masih menyerupai dulu, iya dulu, dikala mereka jadi pemimpin pasar, yang produk barunya selalu diburu walaupun harganya cukup tinggi. Dan dulu, saya lebih suka membeli ponsel Sony Ericsson sih daripada Nokia, hihihi.

Udah ah, review Nokia 5 saya akhiri di sini, dari Kota Cimahi Aa Gogon pamit undur diri, wassalam!
Sumber https://www.gontagantihape.com/