Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Jelek Melaksanakan Kekerasan Fisik Pada Anak

Bagi sebagian orang tua, melaksanakan kekerasan fisik terhadap anak menjadi hal yang wajar. Terlebih, jika sikap anak menciptakan orang renta begitu jengkel. Contoh kekerasan fisik yang umumnya dilakukan orang renta kepada anak contohnya memukul, menendang, ataupun menampar.

Padahal, melaksanakan kekerasan fisik sebetulnya sangat berdampak jelek bagi perkembangan jiwa anak. Karenanya, jika akan melaksanakan kekerasan fisik, kita sebaiknya menahan diri untuk tak melakukannya. Ada baiknya jika kita menasehatinya saja tanpa melaksanakan kekerasan fisik. Lalu, apa saja efek jelek melaksanakan kekerasan fisik pada anak? Berikut dampak-dampak jelek melaksanakan kekerasan fisik terhadap perkembangan jiwa anak.


Gambar 1. Melakukan Kekerasan Fisik Sangat Berdampak Buruk Bagi Perkembangan Jiwa Anak.

Mengakibatkan Menurunnya Kemampuan Berempati dan Kemampuan Bersosialiasi
Bersumber dari situs Childwelfare (childwelfare.com), melaksanakan kekerasan fisik terhadap anak menimbulkan menurunnya kemampuan anak untuk berempati dan bersosialisasi. Terlebih, jika anak sering mengalami kekerasan fisik. Lalu, apa efek menurunnnya kemampuan berempati dan bersosialisasi pada perkembangan anak? Menurunnya kemampuan berempati biasanya menimbulkan anak akan cenderung bersikap egois. Bisa saja, sikap ini akan terbawa ketika anak menginjak usia dewasa. Sedangkan efek menurunnya kemampuan bersosialisasi adalah anak akan cenderung bersikap introvert(tertutup), menarik diri dari lingkungan, sulit membina kekerabatan sosial, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan sebagainya.

Berisiko Mengakibatkan Mengalami Gangguan Mental Saat Anak Berusia Dewasa
Menurut Lawson, peneliti psikologi anak, melaksanakan kekerasan fisik terhadap anak berisiko menimbulkan anak mengalami gangguan mental ketika usia dewasa. Beberapa pola gangguan mental yang sering dialami orang remaja diantaranya bipolar disorder, anti sosial, schizophrenia, dan paranoid. Karena mengalami gangguan mental, tak tertutup kemungkinan sikap anak akan ‘menyimpang’. Misalnya, menyukai sesama jenis, bersikap destruktif, mengkonsumsi obat-obat terlarang, menyendiri, ataupun bahagia mengambil barang milik orang lain. Nah, semoga anak kita tak mengalaminya, sekali lagi kita sebaiknya menahan diri untuk tak melaksanakan kekerasan fisik.

Berisiko Juga Menjadi Orang Tua yang Kejam
Saat anak mengalami kekerasan fisik, terlebih jika sering, secara psikologis akan meninggalkan stress berat bagi anak. Bisa saja, stress berat ini akan terus terbawa ketika anak memasuki usia dewasa. Bila stress berat ini terus menghantui, ketika anak menjadi orang tua, tak tertutup kemungkinan akan melampiaskan kekerasan fisik yang dialaminya ketika masa kecil kepada anaknya sendiri. Padahal, anak merupakan mahluk tak berdosa yang mesti dididik sebaik mungkin.

Demikianlah, dampak-dampak jelek melaksanakan kekerasan fisik terhadap anak. Kesimpulannya, menahan diri untuk tak melaksanakan kekerasan fisik sebetulnya menjadi ‘investasi’ penting bagi anak kita.. Karenanya, sekali lagi, kita sebagai orang renta yang menginginkan anak kita meraih kesuksesan kelak, kita sebaiknya menahan diri untuk tak melaksanakan kekerasan fisik ketika hendak melakukannya. Marilah mendidik anak sebaik mungkin...

Oleh: Rahadian
(Kirim pesan ke penulis)

Sumber gambar:
1 http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/05/18/170/1002374/pasutri-penelantar-anak-terancam-lima-tahun-bui-9GJ.jpg
Sumber https://www.pendidikan-anak.com/