Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Xiaomi Mi 6 Indonesia, Unsuprisingly Good!


Awalnya saya sama sekali tak berniat untuk mengulas smartphone flagship terbaru Xiaomi ini. Karena memang belum terperinci apakah ponsel ini akan dibawa secara resmi oleh Xiaomi ke Indonesia. Dan umumnya ponsel Xiaomi yang belum resmi akan dijual di Indonesia oleh para pedagang dengan harga yang cukup mahal di awal, sebelum kemudian dibanting habis-habisan semoga bisa bersaing dengan harga resminya nanti. Dan ini tidaklah baik bagi kesehatan finansial seorang reviewer, bisa-bisa selisih harga ketika membeli dan menjualnya kembali terlalu besar.

Xiaomi Mi 6 bergotong-royong sudah dijual di GearBest beberapa hari, tetapi saya pun tak berani meminta mereka mengirimkannya untuk saya ulas. Selain sebab harganya cukup mahal, saya tak yakin ini menguntungkan bagi mereka. Ya, sebab produk Xiaomi tak resmi biasanya cukup cepat masuk ke pasar tanah air, jadi kecil kemungkinan orang akan membelinya dari e-commerce luar negeri.

Namun, malah counterpart saya di GearBest yang menawari sebuah Xiaomi Mi 6 untuk mereka kirimkan semoga saya sanggup mencobanya. Ya kalau sudah begini mah saya tak bisa menolaknya, sayang soalnya hehehe.


Unboxing dan Hands-on Xiaomi Mi 6

Akhirnya kiriman Xiaomi Mi 6 dari GearBest tiba juga. Kotak kemasannya berbeda dari yang saya lihat pada beberapa postingan Xiaomi Mi 6 milik Om Herry SW. Rupanya versi standar dari Xiaomi Mi 6 (bukan yang keramik) mempunyai kemasan kotak putih dengan logo Mi kecil dan keterangan besaran RAM dan internal storage-nya.

Saat saya membuka kotaknya, menyerupai biasa saya tak menemukan kelengkapan ekstra ataupun packaging yang langsung pada produk ini. Eh tunggu, ada sebuah softcase tipis berwarna transparan kehitaman di dalamnya. Hmmm, apakah ini artinya...



Jarang-jarang Xiaomi menyertakan pelindung body menyerupai ini dalam kemasan penjualan, tetapi marilah berbaik sangka dan berdoa semoga Xiaomi memang sedang berbaik hati saja hingga menunjukkan softcase ini, dan bukan sebab ada duduk masalah ya.

Karena ketika saya memegang Xiaomi Mi 6 untuk pertama kali, bodinya terasa kokoh berkat bobotnya yang sedikit lebih berat dari Xiaomi Mi 5 dahulu. Backcover-nya yang berbahan beling mempunyai lengkungan di sekeliling sisinya, menciptakan Mi 6 ini terasa amatlah ergonomis. Terlebih permukaan kacanya yang terasa tak terlalu licin, menciptakan ponsel ini menempel dengan baik dalam genggaman.

Akankah menempel hingga ke hati juga?

Saya sudah tahu bahwa Xiaomi Mi 6 menghilangkan port audio 3.5 mm, sehingga ketika menyisir sekeliling frame logamnya, saya hanya berusaha mencari tahu apakah infrared blaster yang bolos pada Xiaomi Mi 5s dulu sudah masuk kelas kembali?

Untungnya sudah, pada sisi atas kita akan sanggup melihatnya berdampingan dengan lubang noise cancellation microphone. Sisi lain kurang lebih sama dengan kebanyakan ponsel sekarang, sim tray di sisi kiri, volume rocker dan tombol power di sisi kanan, dua set speaker grille dan port USB type-C di sisi bawah.

Kamera depan 8 Megapixels, earpiece, dan LED notifikasi hadir di atas layar IPS yang mempunyai bentang 5,15 inci. Sementara di cuilan bawah terlihat cekungan fingerprint scanner yang sekaligus berfungsi sebagai tombol kapasitif untuk home. Dua buah tombol kapasitif di kiri dan kanannya memakai ikon titik yang gres terlihat ketika disentuh dan backlight-nya menyala.

Di sisi belakang, hadir dua buah lensa kamera beresolusi 12 Megapixels yang ditemani dual-tone LED flash di cuilan atas, serta logo Mi jauh di cuilan bawahnya.

Oh ya, hampir lupa... Di dalam kotaknya, Mi 6 menyediakan juga adapter untuk jack audio 3.5 mm ke USB type-C.

Overall Xiaomi Mi 6 tergolong sebagai ponsel yang tampil anggun menawan hati, meskipun mungkin versi warna hitam ini tampil lebih misterius sebab tak gampang untuk melihat detailnya kalau tidak dari jarak dekat. Ukurannya cukup compact dan ergonomis, serta mempunyai feels yang cukup premium di tangan. Perkenalan pertama ini cukup menciptakan saya resah untuk berpaling hati dari daily driver saya ketika ini, Huawei Honor 8.


Xiaomi Mi 6 dalam Penggunaan Sehari-hari

Yang paling menciptakan saya ingin segera mencoba Xiaomi Mi 6 yaitu SoC-nya yang memakai processor teratas yang gres dirilis oleh Qualcomm, yaitu Snapdragon 835. Saya ingin tau dengan processor yang stoknya diborong oleh Samsung ini, yang juga menciptakan LG G6 harus rela memakai Snapdragon 821 saja.



Dengan penggunaan sehari-hari ala saya, perbedaan antara Snapdragon 835 pada Mi 6 tak begitu positif terasa apabila dibandingkan dengan pengalaman saya memakai Snapdragon 821 pada Xiaomi Mi 5s dulu. Sama-sama smooth di semua scene ketika proses 3D benchmark berjalan di Antutu, dan sama-sama irit daya.



Skor Antutu Benchmark yang dihasilkan tak terlalu jauh berbeda pula dengan Snapdragon 821. Meskipun Mi 6 mempunyai RAM dua kali lipat lebih besar dari Mi 5s yang saya coba dulu.

Perkara konsumsi daya pun sama-sama irit dengan hasil yang bisa menembus dua hari dua malam dalam sekali pengisian daya. Ya, beginilah processor kelas atas seharusnya, performa tinggi tetapi tak rakus daya. Di sini saya melihat jurang perbedaan antara processor-processor keluaran Mediatek dengan Snapdragon milik Qualcomm semakin lebar saja.





Pengisian daya sanggup dilakukan dengan cepat sebab Mi 6 sudah mendukung Quickcharge 3.0. Hanya saja, ketika saya mengisi daya memakai charger dari brand lain yang juga support fitur ini, layar Mi 6 terasa kurang responsif.

Saya sempatkan meng-install game berukuran besar kali ini semoga kemampuannya teruji, dan memang Mi 6 bisa melahapnya dengan baik. Pun suhu yang dihasilkan bisa dibilang tak cepat panas.

Dari sisi hardware yang menjadi dapur pacu dan performanya rasanya sama sekali tidak ada duduk masalah pada Xiaomi Mi 6 ini. Gamer niscaya bahagia memakai ponsel ini, termasuk untuk kebutuhan VR. Sensor pada smartphone ini sangatlah lengkap, termasuk hadirnya sensor untuk pressure.



Yang menjadi duduk masalah justru tiba dari sisi software. Mi 6 yang saya terima terlihat sudah memakai ROM Global Stable. Padahal jikalau melihat di website MIUI, Mi 6 belum mempunyai ROM Global. Bahkan ROM versi China-nya saja masih Developer Edition alias beta untuk yang fastboot ROM. Cemana pula ini? Rasanya duduk masalah flashing ROM jadi pekerjaan rutin setiap saya mencoba ponsel Xiaomi tak resmi ini ya, he.. he..

Perlu sedikit trik untuk melaksanakan flashing pada Xiaomi Mi 6 yang saya coba. Trik ini diharapkan untuk masuk ke mode EDL. Sisanya sesudah itu berlangsung dengan lancar memakai aplikasi MiFlash.

Masalah lain kemudian tiba ketika saya tak sanggup menemukan cara mengunduh Google Play Store pada ROM China yang memang tak mempunyai Google Apps. Konon MIUI 8 yang berbasis Android Nougat memang mempunyai duduk masalah wacana hal ini. Pada balasannya duduk masalah ini terpecahkan dengan cara melaksanakan restore apps. Kita bisa unduh hasil backup-an Google Apps yang disediakan di lembaga MIUI. Walau masih sering muncul force close pada Play Service, tetapi fungsinya berjalan dengan baik. Saya berharap ROM MIUI Global Stable segera dirilis untuk Xiaomi Mi 6 ini.

Saya tak akan membahas mengenai MIUI ini lebih lanjut pada ulasan kali ini. MIUI 8.2 kurang lebih masih begitu-begitu saja, Anda sanggup melihat ulasannya pada review Xiaomi Redmi Note 4 yang pernah saya buat.

Satu hal yang pasti, MIUI ini masih tetap rakus RAM. Pernah satu kali, MIUI menghabiskan RAM hingga 4,5 GB saja alias hanya menyisakan seperempat dari keseluruhannya. Entah harus bahagia atau murung dengan kondisi ini, sebab artinya RAM 6 GB yang dimiliki oleh Xiaomi Mi 6 tidaklah mubazir.


Kamera Xiaomi Mi 6

Seperti biasa, kualitas kamera dari seri Mi tidak perlu diragukan. Sejak Mi 4, Mi 5, hingga Mi 5s, gambar yang dihasilkan selalu memuaskan mata saya. Hanya saja di Mi 5 ada syarat khusus, yaitu wajib memakai ROM MIUI, sebab begitu menggunakan custom ROM lain, kualitas gambarnya kentara sekali mengalami penurunan.

Di Xiaomi Mi 6, tren positif ini terus berlanjut. Namun, saya cukup tercengang ketika melihat hasil foto bunga yang saya ambil. Mi 6 mendobrak kebiasaan kamera Xiaomi yang over-saturated. Ya, kali ini Mi 6 bisa menghasilkan nada warna yang lebih natural dengan detail tinggi. Bahkan, hasil gambar dari Huawei Honor 8 yang saya nilai lebih apa adanya dari Mi 5, kali ini terlihat lebih mencolok warnanya daripada apa yang dihasilkan Xiaomi Mi 6.

Kamera depan Mi 6 saya nilai sangat baik, kurang lebih sama dengan apa yang saya temukan pada Xiaomi Mi 5s. Selfie terasa sangat memuaskan, di mana detail dan kecerahan warna terlihat dengan sangat baik meskipun tanpa menggunakan mode beautify.

Tadinya saya menerka semua ponsel berkamera ganda itu mempunyai kemampuan yang sama. Namun rupanya pada Mi 6, setup kameranya berbeda. Satu lensa belakangnya yaitu lensa normal yang lebih wide, sementara lensa yang lain yaitu lensa tele yang bisa menghasilkan zoom sebesar dua kali perbesaran. Hasil zoom optic ini terlihat tetap tajam, terperinci sekali berbeda dengan zoom digital.

Akibat dari setup kamera menyerupai ini, Xiaomi Mi 6 tak mempunyai kemampuan refocus seperti halnya Huawei Honor 8 dan Nubia M2. Walaupun untuk urusan bokeh-bokehan, Mi 6 masih mempunyai mode portrait yang sanggup mengaburkan latar belakang foto.

Mode professional dengan pengaturan manual lengkap, menyerupai biasa hadir pula. Namun, pada Mi 6 ini shutterspeed maksimal yaitu 1/4 detik untuk lensa wide, dan 1/2 detik saja untuk lensa tele. Cukup singkat ya, mungkin akan jadi duduk masalah buat mereka yang bahagia melakukan light painting menggunakan kamera ponsel.

Untuk hasil gambarnya, mari kita lihat saja langsung pada artikel review hasil kamera Xiaomi Mi 6 berikut ini.


Apa Kata Aa wacana Xiaomi Mi 6

Tak banyak yang ingin saya sampaikan pada cuilan kesimpulan ini. Xiaomi Mi 6 yaitu flagship Xiaomi tahun ini. Dengan segala kelebihannya, ponsel ini memang patut diperhitungkan, apalagi dengan spesifikasi setinggi ini, harganya masih Xiaomi banget. Kalau Anda mau sabar hingga harganya lebih turun lagi, bisa makin worth the money lah Mi 6 ini.



Saya sempat menciptakan video komparasi-nya dengan daily driver saya, Huawei Honor 8. Memang kesimpulan balasannya yaitu saya tetap setia dengan Honor 8 dan menentukan Honor 8. Tapi alasan ekonomi lebih mendominasi ketika saya menjual kembali Mi 6. Sesungguhnya ada rasa rindu yang tersimpan untuknya, ha.. ha..

Mungkin satu alasan lainnya yaitu kurang cocoknya saya memakai MIUI. Tapi serius, overall Xiaomi Mi 6 yaitu smartphone yang bisa dengan gampang masuk ke daftar rekomendasi. Bahkan duduk masalah absensi port audio pun bukan hal besar, sebab toh dalam paket penjualannya sudah disertakan adapter-nya.

Doa saya, semoga ini menjadi perangkat seri Mi kedua yang akan resmi masuk Indonesia, sesudah seri Mi pertama yang diwakili Mi 4i rasanya kentang banget. He.. he.. he..

Demikian review saya terhadap Xiaomi Mi 6. Semoga MiFans bahagia dengan review apa adanya ini ya, he.. he..

Sumber https://www.gontagantihape.com/