Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ciptakan Keluarga Idaman Dengan Ibadah Berjamaah

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka bawah umur yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh alasannya itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”. (QS An-Nisa : 9)

“Diriwayatkan dari Abi Hurairah,ia berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda : Tidaklah setiap anak terlahir kecuali dalam keadaan suci. Orangtuanya lah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR.Bukhori).

Tujuan indah keluarga idaman menjadi bayangan saat kita membangun sebuah keluarga, hal ini akan menjadi berubah dengan seiring perjalanan kehidupan berkeluarga. Oleh karenanya, menunjukkan keteladanan dengan cara mengajak anak melaksanakan shalat berjamaah di rumah yakni sebuah kesempatan emas dan sangat istimewa. Keteladanan yang baik ini akan membawa kesan konkret dalam jiwa anak.

Orang yang paling banyak diikuti oleh anak dan yang paling berpengaruh menanamkan pengaruhnya ke dalam jiwa anak tak lain yakni orangtuanya. Anak merupakan buah hati titipan ALLAH swt, dibutuhkan titipan ini dijaga dan dididik semoga sanggup sukses dunia dan akhiratnya.



“Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan Shalat, jikalau bawah umur itu telah berumur tujuh tahun dan pukullah jikalau umurnya telah mencapai sepuluh tahun(belum/tidak mau mengerjakan Shalat) dan pisahkanlah daerah tidur diantara anak-anakmu itu”.(al-Hadist, Sunan Abi Dawud, Juz 1 hlm. 133)

Mengenalkan anak untuk beribadah semenjak dini merupakan langkah awal untuk menuju kesuksesan dunia akhiratnya. Pada usia dini, anak belum banyak terpengaruh oleh hal-hal negatif di lingkungan luar. Pemikirannya masih polos dan hanya akan mengikuti apa yang orang tuanya lakukan. Untuk itu, pengenalan beribadah semenjak dini merupakan cara yang efektif, sehingga ibadah menjadi suatu kebiasaan yang konkret dalam kehidupannya.

Rasulullah SAW memerintahkan semoga orangtua sanggup menjadi teladan yang baik bagi bawah umur mereka. Dalam hal keteladanan shalat, pada tahap awal, keteladanan yang sanggup dicontoh oleh anak yakni dengan gerakan-gerakan shalat.

Seorang ayah perlu mempelajari gerakan shalat yang sesuai dengan pemikiran yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sehingga anak akan mendapat referensi gerakan shalat yang benar dari ayahnya. Semakin sering anak usia dini mendapat stimulasi wacana gerakan shalat apalagi diiringi dengan pengarahan wacana bagaimana gerakan yang benar secara berulang-ulang maka anak semakin bisa melakukannya.



Pada tahap berikutnya keteladanan yang bisa diberikan seorang ayah yakni bacaan al-Qur'an di dalam shalat dengan bunyi yang terdengar oleh anak. Selain mendapat stimulasi gerakan shalat anak juga bisa berguru dari bacaan shalat. Masa bawah umur yakni masa menjiplak dan mempunyai daya ingat yang luar biasa. Ayah harus memakai kesempatan ini dengan baik, jikalau tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak mereka. Pengarahan wacana bagaimana tata cara shalat yang benar kita ajarkan kepada anak sehabis proses shalat berlangsung.

Dalam tahap lanjut, anak tidak hanya bisa menjiplak gerakan shalat, tapi juga mempunyai pujian untuk memakai simbol-simbol islami baik dalam ucapan maupun sikap dalam shalatnya dan sebagainya. Perkembangan kemampuan anak melaksanakan gerakan shalat yakni hasil dari pematangan proses berguru yang diberikan. Karena itu hindarkan pemaksaan pada mereka. Pemaksaan latihan kepada anak sebelum mencapai kematangan hanya akan menjadikan kegagalan atau setidaknya ketidakoptimalan hasil.

Pengalaman dan training akan mempunyai imbas pada anak bila dasar-dasar keterampilan atau kemampuan yang diberikan telah mencapai kematangan. Sehingga anak akan menikmati gerakan shalat dengan sendirinya.

Ajaklah bawah umur melaksanakan shalat jamaah bantu-membantu di rumah atau di masjid. Biasakan dengarkan mereka dengan bacaan-bacaan AI-Quran sang ayah. Setelah shalat jamaah selesai, suasana yang masih khusyuk yakni waktu yang sempurna untuk memberikan kemuliaan pemikiran agama Islam.

Dengan kebiasaan shalat berjamaah ini akan menumbuhkan rasa sakinah mawaddah dan rahmah di dalam atmosfer keluarga. Dengan shalat berjamaah, keluarga tidak saja mendapat jaminan kehidupan dari Allah SWT, ayah pun bisa membangun korelasi yang serasi dengan anggota keluarga, sehingga korelasi keluarga tidak terbatas oleh jasad saja tetapi juga diwarnai oleh korelasi kecintaan rohani. Mencintai ayah sebagai pemimpin keluarga, dan menyayangi anak sebagai bab dari keluarga alasannya Allah SWT.

Suasana cinta semacam ini akan menumbuhkan ketenangan dan ketenteraman hati, membentuk keluarga yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Shalat jamaah menjadi ikatan yang berpengaruh yang akan mengikat anggota keluarga satu sama lain. Keasyikan suasana shalat berjamaah, menjadi kerinduan setiap anggota keluarga.

By : Ade Wahyu Nurjaman
Image :
- https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi3NJLHs7I6LyXpSut_YuHmIuf-Lvgk5u41ytCjtvDW62KhkJ48xbtFdTj214HGscUtKuJilyk6igbqLR7kMaZZ-gyqxRqUeaD9Y92Sp50rQVYnpinbjOdVZLIV7R1c7R2rWc7Wt3BwXk/s1600/340136_323202021035921_100000383784958_1131479_360766937_o.jpg
- http://www.hidayatullah.com/engine/files/image/2013/04/shalat-keluarga.jpg
Sumber https://www.pendidikan-anak.com/